Senin, 12 Oktober 2009

Etika Pasukan



Pada tahun 158 SM, bangsa Hun menguasai perbatasan utara China. Untuk memperkuat perbatasan, Kaisar dinasti Han, Wen, menugaskan tiga orang jenderalnya, Xu Li, Liu Li dan Zhou Yafu, untuk menjaga tiga pos di wilayah perbatasan utara.

Suatu ketika Kaisar ingin melakukan kunjungan ke pos-pos tersebut. Rombongan kaisar dapat secara langsung menuju barak Jenderal Liu Li dan Xu Li. Mereka dan pasukannya keluar menyambut Kaisar.

Ketika rombongan kaisar bergerak menuju pos yang dijaga oleh Zhou Yafu, rombongan tersebut diberhentikan oleh beberapa prajurit. Pengawal kaisar meberitahukan bahwa ini adalah rombongan kaisar yang ingin melakukan kunjungan. Tetapi prajurit yang menghadang tersebut menjawab,"Jenderal Zhou berkata bahwa kami hanya tunduk pada perintah beliau."

Akhirnya kaisar mengirimkan utusannya membawa pesan sekaligus cap kerajaan untuk memberitahukan bahwa kaisar datang untuk bertemu dengan Zhou Yafu. Zhou Yafu yang menerima pesan ini segera memerintahkan supaya gerbang dibuka.

Ketika rombongan kaisar masuk ke dalam markas, mereka diperingati kembali oleh pengawal yang bertugas untuk tidak memacu kuda2 mereka dengan cepat. Rombongan kaisar pun berjalan perlahan-lahan menuju tempat Jenderal Zhou. Sesampainya di sana, Zhou sudah menunggu. Ia hanya membungkuk sedikit di hadapan kaisar.

"Maafkan saya yang Mulia karena saya tidak berlutut," jawab Zhou. "Seorang prajurit yang sedang bertugas dan mengenakan seragam militer menghormat sesuai dengan peraturan menurut etika militer."

Melihat hal ini, Kaisar Wen sangan terkesan. Ia berdiri dan membungkuk hormat sesuai etika militer yang berlaku. Ketika selesai melakukan kunjungan, Kaisar kembali mengirimkan utusan kepada Zhou untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikannya, kemudian mereka berangkat kembali menuju ibukota.

Dalam perjalanan, para pejabat yang mendampingi kaisar bertanya-tanya bagaimana Yang Mulia akan bereaksi terhadap perlakuan yang diterimanya selama berada di markas Zhou Yafu.

Kaisar yang mendengar hal ini berkata,"Zhou Yafu adalah jenderal sejati. Dua jenderal lainnya menjaga markas mereka seperti permainan anak kecil. Tidak ada kedisiplinan dan prosedur yang jelas. Apabila musuh datang secara tiba-tiba, dapat dipastikan mereka akan kalah. Tetapi dengan Zhou Yafu, kalian semua tidak akan mendapatkan kesempatan."

Kaisar terus memuji Zhou sepanjang perjalanan pulang. Tidak lama kemudian, kaisar mengangkat Zhou Yafu sebagai komandan untuk pertahanan ibukota.


The Lesson

Jika anda membelokkan peraturan untuk menyenangkan orang lain, anda akan kehilangan lebih banyak orang daripada yang anda dapatkan.

Mengenai Zhou Yafu sendiri, kisah hidupnya sangat terkenal di China. Ia adalah perwakilan dari karakter seorang jenderal yang dikagumi karena keahliannya dalam merancang strategi dan sikap disiplinnya yang tinggi. Ia pun dikenal sebagai seorang yang jujur dan berintegritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar