Kamis, 08 Oktober 2009

Mengucap Syukur Setiap Saat

Di sebuah negeri hiduplah seorang pemahat batu yang selalu merasa tidak puas akan kehidupannya. Suatu ketika ia melewati rumah seorang kaya raya. Melalui pintu gerbang yang terbuka ia melihat begitu banyak barang-barang mewah dan tamu-tamu penting yang sedang berkunjung. "Betapa hebatnya orang kaya tersebut." gumam si pemahat batu. Ia sangat menginginkan menjadi orang kaya tersebut.

Tanpa ia sangka, ia pun menjadi orang kaya tersebut. Ia begitu menikmati kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki. Tetapi, ia selalu dicemburui dan dimusuhi oleh orang-orang yang sirik akan kekayaannya. Lalu lewatlah seorang pejabat tinggi. Pejabat itu diusung oleh tandu keagungan, diiringi oleh pengikut-pengikut yang setia. Banyak orang-orang, termasuk orang-orang kaya, harus membungkuk di hadapannya. "Betapa berkuasanya pejabat itu," gumamnya dalam hati. "Saya berharap menjadi pejabat itu."

Ia pun menjadi pejabat tinggi yang diusung dalam tandu istimewa dan diiringi oleh banyak pengikut. Orang-orang pun membungkuk hormat kepada dirinya. Ia senang dengan hal itu. Waktu itu hari di mana musim panas dan terik matahari begitu membakar kulit. Ia menjadi agak kurang nyaman dengan kondisi itu. Matanya melayang ke cakrawala melihat sang surya dengan sombongnya memancarkan sinarnya ke bumi. Tidak terpengaruh oleh keberadaan dirinya yang seorang pejabat tinggi. "Betapa kuasanya matahari tersebut. Aku ingin menjadi surya." kembali ia berharap.

Jadilah ia sebagai sang surya yang memancarkan sinarnya kepada setiap makhluk hidup dan dimana saja tanpa terkecuali. Tetapi hal itu mengakibatkan kekeringan yang melanda bumi. Ia pun dikutuk oleh para petani dan buruh. Lalu datanglah awan besar nan hitam melintas antara surya dengan bumi. Menghalangi sinar matahari menyentuh dasar bumi. "Betapa hebatnya awan besar tersebut. Aku ingin menjadi awan besar tersebut."

Ia pun menjadi awan besar nan hitam tersebut. Dan jadilah ia sebagai pembawa hujan yang lebat tiada ampun. Akibatnya timbul banjir dimana-mana merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ia pun diteriaki dan dihujat oleh masyarakat banyak. Tidak beberapa lama kemudian, angin besar menghalau dirinya dengan mudahnya. Ia pun menginginkan menjadi angin tersebut.

Kemudian ia menjadi angin yang menderu-deru. Menerbangkan segala sesuatu yang dilintasinya. Tetapi kekuatannya terbentur pada suatu benda berukuran besar yang tak goyah oleh tiupannya. Ternnyata itu adalah gunung granit yang berdiri dengan kokohnya. tak terpengaruh oleh kekuatan angin besar. "Saya ingin menjadi gunung batu tersebut!"

Selanjutnya, ia menjadi gunung batu yang kokoh tersebut. Begitu kuat ia berdiri. Lebih kuat dari segala apapun di dunia ini. Tetapi tidak lama ia mendengar suara dentuman palu. Memahat dirinya bagian demi bagian. Ia pun mulai merasa guncangan di dirinya. "Apa ada yang lebih kuat dari gunung batu ini?" pikirnya. Ia pun melihat ke bawah dan melihat jauh di dasar sesosok orang pemahat batu yang sedang bekerja.

Kisah-kisah Kebijaksanaan Zen
-Indra Gunawan-


The Lesson

Manusia pada dasarnya tidak pernah merasa puas dalam kehidupan. Ketika satu hal sudah terpenuhi maka nalurinya akan mencari sesuatu lagi untuk memuaskan dirinya.

Tidak semua keinginan di dunia ini dapat kita dapatkan. Belajarlah bersyukur akan apa yang sudah kita miliki saat ini kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi tetap berusaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar